Pelajaran Penting Dari Ayat Kewajiban Puasa
Salah satu ayat yang banyak dibaca dan dibahas pada Bulan Ramadhan adalah surat Al Baqarah ayat 183 yang menjelaskan tentang kewajiban puasa Ramadhan. Allah Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.“ (Al Baqarah : 183)
Ayat di atas setidaknya mengandung enam pelajaran dan faidah yang penting
Pelajaran Pertama
Ayat ini menujukkan pentingnya kedudukan puasa dalam Islam, karena Allah memulainya dengan panggilan iman. Ini menunjukan bahwa puasa merupakan tuntutan keimanan karena Allah menyerukannya kepada orang-orang yang beriman. Barangsiapa meninggalkannya tentu akan rusak dan cacat keimanannya. Setiap ayat yang dimulai dengan panggilan terhadap orang-orang yang beriman memiliki keistimewaan tersendiri. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah memberi nasehat dalam menyikapi ayat-ayat seruan keimanan:
إذا سمعت الله يقول} :يا أيها الذين آمنوا {فأرعها سمعك؛ فإنه خير يأمر به، أو شر ينهى عنه
“ Jika Anda mendengar Allah berfirman (يا أيها الذين آمنوا,) maka persiapkan pendengaran Anda , karena sesungguhnya ada kebaikan yang akan diperintahkan atau keburukan yang akan dilarang-Nya” (H.R Bukhari dan Muslim)
Demikian pula ayat ini, Allah mulai dengan seruan kepada orang yang beriman dan diikuti dengan perintah puasa yang menunjukkan pentingnya ibadah ini.
Baca Juga: 24 Jam Ramadhan
Pelajaran Kedua
Puasa adalah kewajiban seorang muslim, karena Allah berfirman (كُتِبَ), yang maknanya adalah diwajibkan. Yang dimaksud puasa adalah ibadah kepada Allah dengan meninggalkan pembatal-pembatal puasa mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Puasa yang hukumnya wajib dalam ayat ini adalah puasa di Bulan Ramadhan. Bahkan puasa juga termasuk rukun Islam yang merupakan pondasi ajaran agama Islam. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ، وَ إِقَامِ الصَّلَاةِ ، وَ إِيْتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَ حَجِّ الْبَيْتِ ، وَ صَوْمِ رَمَضَانَ .رواه البخاري و مسلم .
” Islam dibangun di atas lima perkara : persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji, dan puasa Ramadhan.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Pelajaran Ketiga
Ayat ini menunjukkan bahwa uasa juga merupakan kewajiban umat-umat sebelum kita, karena Allah berfirman :
كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ
“ sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian “
Puasa merupakan kewajiban umat terdahulu, termasuk kaum Yahudi, Nashrani, dan umat lain sebelumnya. Diwajibkan bagi mereka semua menunaikan ibadah puasa, meskipun bisa saja ada perbedaaan waktu dan tata caranya dengan puasa yang kita lakukan saat ini.
Baca Juga: Fikih Kesehatan Kontemporer Terkait Puasa Dan Ramadhan
Pelajaran Keempat
Disebutkan bahwa kewajiban puasa juga merupakan kewajiban umat terdahulu, agar umat ini tidak merasa berat dalam melaksanakannya karena ini juga merupakan kewajiban umat terdahulu. Selain itu juga sebagai bentuk Allah menyempurnakan keutamaan umat ini dengan kewajiban puasa sebagaimana umat terdahulu mendapatkan keutamaan dengan menunaikan ibadah puasa ini. Tidak diragukan lagi bahwa puasa adalah ibadah yang utama. Orang yang berpuasa dia bersabar dari makan, minum, dan berbagai syahwat karena Allah Ta’ala. Oleh karena itu Allah mengkhususkan amal ibadah puasa hanya untuk-Nya. Allah Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi :
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى
“ Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku.” (H.R Bukhari)
Pelajaran Kelima
Hikmah dan tujuan syariat puasa adalah agar seorang hamba bisa meraih takwa, karena Allah berfirman :
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“ agar kalian bertakwa.“
Ini adalah hikmah syar’iyyah ibadah puasa yang paling penting. Adapun hikmah puasa yang lain seperti kebaikan bagi kesehatan badan, kebaikan bagi kehidupan masyarakat, dan kebaikan lainnya merupakan hikmah tambahan.
Pelajaran Keenam
Ayat ini menunjukkan keutamaan takwa. Hendaknya seseorang menempuh sebab-sebab untuk meraih takwa, karena Allah mewajibkan puasa untuk tujuan ini. Hal ini menunjukkan bahwa takwa adalah tujuan yang agung. Yang menunjukkan keagungan takwa adalah bahwa takwa merupakan wasiat Allah bagi orang yang beriman terdahulu maupun sekarang. Allah berfirman :
وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُواْ اللّهَ
“ Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu: bertakwalah kepada Allah.” (An Nisaa’ : 131).
Baca Juga:
Referensi : Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Al Baqarah ayat 183, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah
Penulis : Adika Mianoki
Artikel: Muslim.or.id
Artikel asli: https://muslim.or.id/56182-pelajaran-penting-dari-ayat-kewajiban-puasa.html